Bucu Warta

Mak Yong, Seni Teater Tradisional Melayu

Penulis Bobi - 3 years ago

posts/hac8OSac6A0kIv12KgoXCipH44sCixIJUHNbv3By.jpg
"Mak Yong adalah suatu seni teater tradisional yang begitu lekat di telinga orang-orang Melayu. Dalam pertunjukannya, Mak Yong banyak menceritakan tentang kehidupan istana, lengkap dengan pesan moral yang hendak diutarakannya. Namun, kala harus berhadapan dengan modernisasi seni pertunjukan, Mak Yong kini bertransisi menjadi teater yang kocak agar tetap disukai"

Alunan musik tetawak, gendang, dan rebab terdengar mengalun, menandai dimulainya pementasan Mak Yong. Pemain kemudian memasuki panggung pertunjukan. Pementasan ini menyuguhkan iringan musik yang berpadu harmonis dengan lagu Melayu yang dibawakan oleh para pemain. Salah satu pemain lengkap memakai baju berwarna kuning khas Melayu berikut aksesoris kepala yakni senggeng, aksesoris dada teratai, dan aksesoris pinggang cabok, memimpin lagu sambil menari. Ia membawakan Tari Jogi. 

Di Batam, Tari Jogi sangat identik dengan pementasan Mak Yong, karena tarian ini dilakukan sebelum pertunjukan Mak Yong. Peralatan yang diperlukan dalam pertunjukan tari tersebut adalah rotan berai, parang, keris, kapak, panah, dan tongkat kayu. Ada juga canggai, yang merupakan kuku palsu panjang, terbuat dari bahan berkilat seperti emas dan lainlain. 

Setelah pertunjukan tari selesai, giliran atraksi Mak Yong mengambil posisi. Para pemain memakai busana sesuai peranan yang dibawakannya. Bahasa Melayu melekat pada setiap pertunjukkannya. Pimpinan Sanggar Seni Warisan Pantai Basri, Abdullah Basri mengatakan, Mak Yong adalah seni teater tradisional yang masih digemari sampai sekarang dan sering tampil dalam pertunjukkan kebudayaan. Seperti, Kenduri Seni Melayu (KSM) yang digelar rutin setiap tahunnya di Kota Batam. 

Teater khas Melayu ini mementaskan tokoh pria dengan memakai topeng yang disesuaikan dengan karakter yang dibawakannya. 

“Mak Yong itu teater yang menceritakan kisah dongeng dan mempunyai daya tarik sendiri, sehingga lestari sampai sekarang,” kata Basri di Pulau Panjang, Bulang, Jumat (17/7) lalu. 

Para pemeran Mak Yong terdiri atas Pak Yong (memerankan raja), Pak Yong Muda (memerankan pangeran), Putri Mak Yong (memerankan putri raja). Ada tokoh lain dalam cerita, seperti munculnya pelawak, dewa, jin, pegawai istana, dan binatang, dengan ciri khasnya memakai topeng. Lalu, ada juga Pengasuh, yang merupakan orang kepercayaan raja, Wak Perangbon sebagai pengawal. Kemudian, ada Wak Perang Agun, Wak Perang Utan, Wak Perang Paya, Tok Mersi Mata Api, Tok Nujum, Kuda Hijau Pelana Kuning sebagai kuda jelmaan, Kijang Beremas Tunduk Rencana, Harimau Besar Sirejang, Kilat Sijanda Wangi Beranak Mude dan sarung Batak sakti. 

Tak hanya di Batam dan Bintan, Mak Yong ternyata juga ada di Malaysia, tepatnya di Kelantan. Selain itu, seni ini juga pernah dimainkan di Thailand, tepatnya di Kota Pattani, yang merupakan kota paling selatan di Thailand dan berbatasan dengan Malaysia. Bedanya, Mak Yong di dua negara tersebut penarinya tanpa mengenakan topeng. Dalam pementasannya, Mak Yong menyesuaikan dengan daerah masing-masing. Dalam pertunjukkannya, biasa mengandung cerita hiburan, memberi pesan dan sebagainya. “Khusus Mak Yong di Batam, itu mengusung konsep hiburan, lebih kocak sehingga membuat penonton senang dan tertawa,” ujarnya. Cerita Mak Yong selalu berkisah tentang kehidupan istana dan kerajaan.

Seperti, cerita raja-raja, permaisuri, tuan putri, putri mahkota yang ditimpa musibah dan berakhir dengan kemenangan melalui perjuangan. Basri menyebutkan, cerita berjudul; Putri Siput Gondang, jadi salah satu lakon yang sudah tak asing lagi di Batam. Mengisahkan salah satu negeri yang bagus dan megah. Istri raja melahirkan siput, raja merasa keberatan akhirnya siput itu dibuang ke Teluk Tujuh Pantai Sembilan. Kemudian, ketika hari dimana istri raja ingin makan siput, lalu raja mempersilakan para wak-wak untuk mencarikannya ke teluk tersebut. Ketika asyik mencari, terdengarlah suara dari tumpukan batu sehingga mereka penasaran. Wak-wak tersebut mendekati batu tersebut, dan menemukan ada siput besar. Mereka langsung bergegas melaporkan kejadian tersebut kepada raja, membawakannya ke istana. Maka, terdengarlah suara minta tolong dari dalam siput tersebut. Raja memerintahkan untuk membelahnya. Lalu, keluarlah putri yang cantik. Dan putri tersebut bercerita bahwa ia adalah siput yang dibuang belasan tahun yang lalu. “Cerita ini memberikan pesan, dimana kita tidak boleh menghina hewan,” tuturnya. 

Pertunjukan Mak Yong biasanya tidak selesai satu malam. Sebuah cerita dapat berlanjut berhari-hari, bahkan sampai 15 hingga 44 malam. Namun, pada masa sekarang, tak mungkin cerita dibuat sebegitu panjangnya. Rata-rata, sebuah cerita dalam pementasan Mak Yong hanya berlangsung 1-3 jam. Pertunjukan biasanya diadakan di lapangan terbuka, disertai atap plastik, tiang dihiasi dedaunan seperti daun kelapa. Adapun, jumlah pemain berkisar 30 orang setiap penampilannya. Dalam pertunjukan Mak Yong, cerita berasal dari cerita rakyat yang diperoleh pemain. 

“Sebelum tampil, kami mencari, mengalih sejarah, untuk dibuat cerita dalam pertunjukan Mak Yong,” jelasnya. 

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Batam, Ardiwinata mengatakan, Kota Batam memiliki banyak tradisi budaya yang menarik untuk diketahui. Salah satunya, teater tradisional Mak Yong tersebut. “Teater ini hadir di setiap gelaran acara tahunan kebudayaan di Kota Batam, serta diikuti tarian dan musik Melayu lainnya yang artistik dan menghibur,” ujarnya. 

Ardi juga mengajak masyarakat ikut melestarikan budaya Melayu di Batam. Yakni, menjaga agar teater Mak Yong serta tradisi lainnya tetap lestari hingga anak cucu nanti. (*)

"Tulisan ini dibuat oleh Ratna Irtatik, telah terbit di Halaman Budaya Harian Batam Pos edisi Sabtu, 28 Agustus 2021"



Like 0