Bucu Warta

Pertahankan Aset Budaya sebagai Identitas

Penulis Bobi - 3 years ago

posts/dhVUDwpQxbkfql4hAT2bO351hTp7TBAAgLrWm04l.jpg
“Tuah Sakti Hamba Negeri, Esa Hilang Dua Berbilang, Patah Tumbuh Hilang Berganti, Tak Melayu Hilang di Bumi “ 

Ungkapan di atas merupakan simbol tentang gambaran sekaligus keberadaan masyarakat dan budaya Melayu yang mengandung nilai-nilai filosofis. Yakni bertuah, bermarwah, dan memiliki harkat dan martabat di muka bumi, yang hingga kini tetap dipertahankan oleh masyarakat pendukungnya. Sebagai anak jati negeri yang memiliki integritas yang tinggi, harus mampu memahami dan mempertahankan seluruh aset budaya sebagai sebuah identitasnya.

Seperti yang kita ketahui, kurangnya perhatian masyarakat Kota Batam terhadap nilai-nilai dan budaya Melayu, khususnya pada remaja zaman sekarang, membuat keresahan tersendiri bagi saya. Terutama, hilangnya nilai-nilai dan norma seperti mendahulukan orang tua, tidak berbicara tinggi terhadap orang tua, sopan santun, berbahasa dan lain-lain. Ini perlu diperhatikan agar ke depannya budaya dan nilai-nilai tidak hilang begitu saja. 

Di zaman yang milenial ini, berimbas terhadap kurangnya nilai-nilai norma masyarakat dan budaya Melayu, terutama di Kota Batam. Kebanyakan remaja sekarang lebih mementingkan urusan pribadinya masing masing daripada mementingkan orang lain. Di zaman yang maju serba canggih ini, memang membuat masyarakat, terutama anakanak remaja, hilang kepeduliannya terhadap nilai nilai dan budaya yang diterapkan oleh orang-orang dahulu.

Kemudian, apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi fenomena ini? Banyak hal yang bisa kita lakukan seperti; memulai dari diri sendiri, menyadarkan remaja untuk menjunjung tinggi orang yang lebih tua, mempererat persaudaraan antarsesama, menerapkan toleransi, tidak mementingkan kepentingan pribadi, dan juga tentunya perlu bimbingan dan sosialiasi dari pemerintah terhadap pentingnya menjaga nilai nilai budaya di Kota Batam ini. 

Banyak masyarakat Batam yang tidak tahu tentang sejarah Kota Batam, kurangnya kepandaian terhadap bahasa Melayu. 

Mungkin ini wajar, karena kebanyakan orang orang Batam adalah perantau dari berbagai daerah, tapi hal ini perlu diperhatikan karena ada istilah, “dimana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”, artinya di manapun kita berada, di situlah kita harus menerapkan nilai-nilai dan budaya, misalnya di Kota Batam ini. 

Jadi, diimbau kepada masyarakat, Kota Batam khususnya kepada remaja, tidak peduli anda berasal dari daerah mana, suka apa, ras apa, ketika kita berada di suatu daerah misalnya Kota Batam ini, maka kita harus menerapkan nilai-nilai budaya di Kota Batam. 

Minimal, tahu berbahasa Melayu sedikit-sedikit, tahu tentang sejarah Kota Batam yang dapat kita temukan informasinya di Museum Batam Raja Ali Haji di Dataran Engku Putri, Batam Center, dan menerapkan sopan santun terhadap orang yang lebih tua. (*)

Penulis: Muhammad Irsyadul Fikri, Mahasiswa Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Sultan Thaha Saifudin, Jambi.
Terbit: Harian Batam Pos edisi Jumat, 17 September 2021



Like 0